Aku baru saja selesai mandi dan berniat
ngeteh diteras rumah sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan tetapi
mataku melihat tante Ivone tengah asyik menikmati keindahan bunga
ditaman depan rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Ivone
nampak srius mmperhatikan tanaman itu. ” Pagi tan ” sapaku. ” Hmm… ”
balasnya tanpa berpaling dari rumpunan bunga. ” Mau aku buatin minum nda
tan!? ” tanyaku lagi setengah menawarkan jasa. ” Nda usah!! ” jawabnya
juga seraya membelakangiku. Aku tak melihat tante Rita, Hendri ataupun
Nita pagi ini. ” Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati.
Aku kmbali mmperhatikan tante Ivone yg
mmblakangiku. Mulai dari betisnya yg putih mulus mskipun nampak kurus,
pahanya yg lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun trbalut clana
pendek, namun trlihat jelas lekukannya. ” Coba dia bisa aku tiduri
sperti tante Rita ya? ” gumanku dalam hati. Belum habis lamunanku,tiba
tiba kulihat tubuh tante Ivone trhuyung lemah ingin trsungkur. Dengan
cepat aku mloncat dan mmegangi tubuhnya yg nyaris trsungkur itu,
mninggalkan sisa lamunan cabulku.
Kurangkul tubuhnya yg mulus dan trlihat
lemas sekali. “Ga papa kan tan??” tanyaku penuh rasa khawatir, sraya
mmapah tubuh tante Ivone. “Kpalaku trasa pusing Fad” jawab tante Ivone
lemah. “Ya udah, istirahat aja didalam” saranku sambil terus memapahnya
ke dalam rumah. “Akhirnya aku bisa mrangkulmu Vone” ucapku dalam hati.
Ada sjuta kebahagian dihatiku karna mampu mrangkul tubuh si angkuh
trsebut.
Stelah brada didalam rumah, dengan
perlahan kududukan tante Ivone disofa ruang tamu. Dengan mnarik nafas
tante Ivone duduk dan brsandar pada sandaran sofa. Stelah itu aku
melangkah mninggalkannya sendiri. Tak brapa lama aku kembali dngn sgelas
air hangat dan mnghampiri tante Ivone yg tengah brsandar disandaran
sofa. “Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil mnyerahkan gelas
brisi air hangat yg kubawa. Tante Ivone pun mminum air hngt yg
kuberikan. “Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil mletakan gelas dimeja
yg ada didepannya.
“Kpalanya masih pusing ga tan!?”
tanyaku. Tante Ivone hanya mnganggukan kpalanya. “Mau dipijatin ga!?”
tanyaku lagi. “E, em” jawab tante Ivone prlahan seakan tengah mnahan
sakit. Aku pun sgera memijat mulai dari kpalanya dngn prlahan lahan,
kmudian dahinya yg dia bilang mrupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, knapa
tante Fad!?” tanya Nita yg baru saja pulang. “Tadi si tante hampir
jatuh, kpalanya pusing Nit!” jawabku. ” Trlalu capek kali!? ” ujar Nita
sambil mlangkah kedapur. “Dah aga mndingan Fad” jelas tante Ivone dngn
mata terpejam, menikmati pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya
brsamaan dngn rasa hangat yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante
Ivone trasa mnusuk kedua lobang hidungku. Mmbuat aku ingin lebih lama
lagi memijat dan dekat dngnnya.
“Masuk angin kali tan, dahinya aga anget
ne!? ” jelasku, brupaya memancing agar niatku tercapai. “Iya kali?
“ujarnya pula, seakan mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani
lebih jauh. “Mau dikerikin ga!?” tanyaku dngn penuh haraf kepadanya.
“Memang kamu bisa!?” tante Ivone balik brtanya. Membuat hatiku trasa
brdebar tak karuan. “Ya bisa… ” jelasku dngn cepat, takut tante Ivone
brubah fikiran lagi. “Ya udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta
tante Ivone. Mmbuat hatiku brdebar makin cepat. Dengan prlahanku papah
dia mlangkah mnuju kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan
menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku.
Setelah brada didalam kamar, kusarankan
agar dia istrahat diranjangnya. Tante Ivone pun mrebahkan tubuhnya sraya
brnafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg dibawanya. Aku sgera
brlalu mngambil obat gosok dan coin untuk mengerik tubuh tante Ivone.
Stelah kudapati smua yg kubutuhkan, aku kembali mnghampiri tante Ivone
yg tengah menanti. Dengan mmbranikan diri aku memintamya agar dia
mlepaskan pakaian yg dipakainya. Dia pun prlahan melepaskan pakaian atau
baju yg dipakainya. Shingga tante Ivone kini hanya mngenakan bra yg
brwarna pink dan clana pendek saja. Ada getaran hangat mnjalari sluruh
tubuhku, saat menyaksikan tante Ivone mmbuka bajunya. Hingga mmbangunkan
kjantanan dan hawa nafsuku. Yang memang telah mngendap dibenakku sejak
awal, ketika memprhatikan dia ditaman.
Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai mngusap …
..usap punggung mulus yg mmblakangiku,
dngn hati hati sekali. “Tali branya dibuka aja ya tan??” pintaku pnuh
haraf sambil trus mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku. “Iya…
” jawabnya lirih. Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli
aku tak tau. Yang pasti tanganku sgera melepaskan kait tali branya,
sehingga mmbuat branya mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan
berisi. Sperti payudara milik gadis kebanyakan. Stelah tiada lagi
penghalang dipunggungnya, akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan
jari jemarikupun menari mmbentuk garis dipunggung tante Ivone.
Sambil sekali kali mataku melirik kearah
payudaranya yg brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak tangannya.
Tapi hal trsebut mmbuatku smakin terangsang didorong rasa pnasaran yg
tramat. Smentara tante Ivone hanya trdiam sraya mmejamkan matanya yg
bulat dan indah. ” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn mata yg
trpejam. Tiba tiba pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita tengah
brdiri dimuka pintu. “Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar Nita
brpamitan sraya matanya mlirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante Ivone
tanpa brpaling kearahnya. Kmudian scara prlahan Nita mnutup pintu
kembali dan brlalu pergi.
Jari tanganku mulai nakal trhadap
tugasnya, jariku trkadang nyelinap dibawah ketiaknya brusaha meraih
benda yg bulat dan padat brisi yg ditutupinya. Tapi tangan tante Ivone
terkadang brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan pangkal lengannya.
“Jari kamu nakal ya Fad!? ” ucap tante Ivone stengah berbisik seraya
mlirik ke arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga kuat sich, tan…”
jawabku jujur. Tapi tante Ivone malah melepaskan branya shingga kini
payudaranya nampak polos tanpa plindung lagi.
Dan langsung menjadi santapan kedua
mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku brdebar debar mnyaksikan
pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu plototin pe puas dech!!” ujar
tante Ivone tak lagi mnutupit buah dadanya dngn kedua tlapak tangannya
lagi. Jantungku trasa bgitu cepat brdetak dan mmbuat lemas sluruh
prsendianku. Kontolku brlahan tapi pasti mulai brdiri tegak mngikuti
dorongan hasratku.
“Memang dah selesai ngeriknya Fad!?”
tegur tante Ivone mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan prkerjaanku
yg trtunda sesaat. Hampir sluruh bagian belakang tubuh tante Ivone
telah kukerik dan brwarna merah brgaris garis. Hanya bagian bokongnya yg
luput dari kerikanku karna trhalang dngn clana pendek serta CD yg
dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin.
Akhirnya pekerjaanku selesai juga.
Kemudian dngn prlahan jari jariku memijati pundaknya. Tante Ivone
mnundukan kpalanya, sekali sekali trdengar suara dahak dari mulutnya.
“Sudah Fad!” printahnya, agar aku mnyudahi pijatanku.
Dengan prasaan malas akupun mnghentikan
pijatanku dan sgera mmbrsihkan sisa sisa minyak dikedua tlapak tngnku. ”
Cuci tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Ivone skaligus
printah. Akupun branjak pergi kekamar mandi yg memang ada didalam kamar
trsebut. Stelah usai mncuci sluruh tanganku hingga bnar bnar bersih.
Akupun kembali menghampiri tante Ivon yg tengah telentang diatas ranjang
masih dngn keadaan sparuh bugil. Sperti saat aku tinggalkan kekamar
mandi. Hingga payudaranya yg bulat dan brisi nampak mmbusung besar
didadanya, dngn puting yg brwarna coklat susu. “Ayo Fad, kamu mau mainin
ini kan!?”. “Aku juga mau kok!?” ucap tante Ivone sambil mremas salah
satu payudaranya hingga putingnya mnonjol kearahku. Akupun mndekat
mnghampirinya dngn perasaan nafsu. Membuat kontolku kian brdiri dan
mngeras kencang dibalik clanaku.
Akupun tak mnunggu lebih lama, sgeraku
remasi payudaranya yg mnantang. Tante Ivone brgelinjang saat tlapak
tanganku mndarat dan meremas kedua payudaranya. ” Achh.., iya Fad
trussss ” rintihnya prlahan. Jari jemariku kian liar mremasi sluruh
daging bulat yg padat brisi. JariQ juga memainkan putingnya yg mulai
mngeras. ” Iya,.., ayo diisep Fad.., aaaayooo “pinta tante Ivone dngn
nafas taj tratur. Akupun sgera mnjilati dan mengisapi puting
payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Ivone sraya
mmegangi kpalaku. Aku smakin brnafsu dngn puting yg kenyal sperti urat
dan mnggemaskan. Smentara tante Ivone smakin mndesah tak karuan. Tangan
kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar, trus mnyusup masuk
diantara clana dan CD tante Ivone. Hingga jari jariku trasa mnyentuh
rumput halus yg cukup lebat didalamnya. Tante Ivone mmbuka pahanya tak
kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg ada ditengah bulu
bulu halus miliknya. “Aowww…” jerit kecil tante Ivone saat tlunjukku
brhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun mnggeliatkan tubuhnya penuh
gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras hendak kluar dari bahan
yg mnutupinya.
Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk
didalam memek tante Ivone, hingga lobang itu mulai trasa basah dan
lembab. Sampai akhirnya tangan tante Ivone menahan gerakan tanganku dan
mminta mnyudahinya. “Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante
Ivone. Akupun menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan
putingnya dari mulutku.
“Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante
Ivone sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia
bugil dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku
obok obok. Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya.
Dengan senyum manis kearahku, tante
Ivone mendekat dan brjongkok tepat didepan slangkanganku. “Aouw, gede
banget..!!” seru tante Ivone sraya tlapak tangannya mraih kontolku yg
telah brdiri dan keras. Dngn tangan kanan dia mmegang erat batang
kontolku, sedangkan tlapak kirinya mngelus elus kpalanya. Hingga kpala
kontolku trasa brdenyut hangat. Kmudian dimasukan kontolku kedalam
mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku. “Agghhh… “aku mlengguh tak kala
sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya. Darahku brdesir hangt
mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat memegangi kpala tante …
…Ivone, mremas serta mngusap usap
rambutnya yg ikal sebahu. Smentara tante Ivone smakin liar, sbentar
mngulum dan mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Trnyata
dia lebih buas dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga
lobang kencing dikpalanya. ” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan
tramat. Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu.
Entah brapa lama tante Ivone mngemut,
mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku brgetar
dan hampir kejang. ” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin memekmu! ”
rengekku, hampir tak mampu mnahan nafsuku. Ingin rasanya memuntahkan
keluar sebanyak banyak. Agar tante Ivone mandi dngn air maniku.
Tante Ivone sgera bangkit brdiri
meninggalkan kontolku yg masih brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia
duduk dikursi tanpa lengan yg ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya
yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua kaki tante Ivone trtumpu pada kedua
bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah memek yg tlah mnganga terkuak jari
jemariku, hingga nampak jelas lobang memek yg brwarna merah dan lembab.
Lidahku pun mulai mnjelajahi dan mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…,
iyyyaaa.., trussss, aassstttssh” desah tante Ivone saat lidahku brmain
mnjilati lobang memeknya. “Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm,
aaah,… enaaakhh, agh, agh, aghhhh” rintihnya pula sambil mremas dan
mnjambaki rambut dikpalaku. Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk
lebih dalam lagi. “Aaaaghh,.., gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,..,
aaaaachghhh” suara tante Ivone tak karuan. Lidahku brhenti mnjilati
dinding lobang memek, kini brpindah pada daging mungil sbesar biji
kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna merah dan basah dngn air mazinya
dan air liurku.
“Aughh…..” suara tante Ivone sperti
tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit leherku, ketika
ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap tante Ivone lirih. ”
Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Ivone sraya mndorong
kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku.
Akupun mlepaskan isapan mulutku pada
itil tante Ivone dan bangkit brdiri dihadapannya dngn kontol yg masih
tegak dan keras. Kemudian mminta tante Ivone agar bangkit dari duduknya.
Kini aku yg mnggantikan posisinya duduk dikursi.
Tante Ivone naik keatas pahaku dan
tubuhnya mnghadap kearahku, hingga tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian
tante Ivone mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ”
Aagghhsss.. ” rintih kecil tante Ivone ketika kontolku masuk menusuk
memeknya. Tak lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek
kontolku didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya
mmbantu bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. ”
Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Ivone tak karuan jika
tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya.
” Aauwww, aku ga tahan ne Fadd,…,
aaaauwww, yessss ” rintih tante Ivone sraya mnggerakan bokongnya dngn
cepat. Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya
.”Aaaaaawhhh……..”erang tante Ivone sambil mnekan bokongnya lebih rapat
dengan slangkanganku. Akupun mengejang mnahan tekanan bokong tante
Ivone. “Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung cairan
kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat beberapa
saat dngn brcampur peluh masing masing.
Stelah cukup lama kami brpelukan,
kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg ada. Stelah
itu kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg basah dngn
peluh syurga.
Akhirnya aku bisa menidurimu dan menaklukan keangkuhanmu Ivone Gienarsih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar